Senin, 25 Mei 2009

Jakarta gerimis pada malam itu. Tapi, hujan rintik-rintik tak menghalangi Roman Sumantri untuk bersepeda. Malam itu, Cycling dan dirinya janjian untuk bertemu di salah satu kediaman kerabat Roman tepat pukul 8 malam. "Maaf telat empat menit," ujarnya membuka pembicaraan.

Setelah istirahat beberapa menit, Roman langsung mengambil peta Indonesia dan sangat bersemangat membagi pengalaman bersepedanya. Terakhir, ia melakukan turing selama tiga bulan lebih atau tepatnya 112 hari, dimulai dari rumahnya di kawasan Pasar Minggu, Jakarta, sampai ke Propinsi Nusa Tenggara Timur.

"Banyak pelajaran berharga yang saya dapat saat melakukan turing," katanya. Roman berkisah, mungkin banyak orang yang menganggap aneh karena apa yang ia lakukan. Bersepeda selama berbulan-bulan dengan jarak yang sangat jauh adalah hal tidak wajar yang dilakukan seseorang. Tapi Roman punya pendapat sendiri. Menurutnya, apa yang ia perbuat mengandung misi tertentu. "Kadang orang tidak mengerti dengan apa yang saya lakukan. Tapi dengan bersepeda, saya bisa merasakan kenikmatan yang luar biasa. Bisa bersatu dengan alam, mengenal banyak teman, dan budaya Indonesia yang belum tergali," ujarnya.

Jakarta gerimis pada malam itu. Tapi, hujan rintik-rintik tak menghalangi Roman Sumantri untuk bersepeda. Malam itu, Cycling dan dirinya janjian untuk bertemu di salah satu kediaman kerabat Roman tepat pukul 8 malam. "Maaf telat empat menit," ujarnya membuka pembicaraan.
Setelah istirahat beberapa menit, Roman langsung mengambil peta Indonesia dan sangat bersemangat membagi pengalaman bersepedanya. Terakhir, ia melakukan turing selama tiga bulan lebih atau tepatnya 112 hari, dimulai dari rumahnya di kawasan Pasar Minggu, Jakarta, sampai ke Propinsi Nusa Tenggara Timur.
"Banyak pelajaran berharga yang saya dapat saat melakukan turing," katanya. Roman berkisah, mungkin banyak orang yang menganggap aneh karena apa yang ia lakukan. Bersepeda selama berbulan-bulan dengan jarak yang sangat jauh adalah hal tidak wajar yang dilakukan seseorang. Tapi Roman punya pendapat sendiri. Menurutnya, apa yang ia perbuat mengandung misi tertentu. "Kadang orang tidak mengerti dengan apa yang saya lakukan. Tapi dengan bersepeda, saya bisa merasakan kenikmatan yang luar biasa. Bisa bersatu dengan alam, mengenal banyak teman, dan budaya Indonesia yang belum tergali," ujarnya.
Jam Genjot 100.000 KM
Sebagai pesepeda turing, pasti banyak yang mengira kalau Roman sudah sangat lama mengenal dan bermain sepeda. Tetapi kenyataannya, ia baru mulai serius bermain sepeda di tahun 2003. Roman bermain bersama temannya menggunakan sepeda yang ala kadarnya. Sepeda itu ia sebut dengan "sepeda pembantu" karena seringkali komponennya rusak. "Sedikit-sedikit saya harus pergi ke bengkel dan itu membuat saya kesal," katanya mengomentari sepeda seharga 600 ribu itu. Tapi lama-lama ia belajar sampai tahu benar seluk beluk komponen sepeda.
Sampai akhirnya ia bisa membeli sepeda baru, teman-temannya berani mengajak Roman untuk bermain sepeda ke luar kota, tepatnya ke daerah Bogor sampai Sukabumi. Tak tanggung-tanggung perjalanan menghabiskan waktu tiga hari dengan kondisi jalan off-road.
Tapi, dengan waktu yang "hanya" tiga hari itu, banyak temannya yang mengeluh. "Mereka banyak yang tidak menikmati perjalanan. Ada yang mengeluh karena hujan, jalan becek, atau rute kejauhan. Padahal seni bermain sepeda justru ada di hal-hal seperti itu," ungkapnya. Justru Roman merasa ketagihan dengan trek yang disajikan dan ingin mencobanya lagi. Tapi teman-temannya menganggap dirinya belagu karena ia masih anak bawang.
Merasa tidak ada yang membela, akhirnya Roman berkeinginan untuk mencobanya sendiri, menggenjot dengan rute yang cukup jauh. Roman memulai perjalanan turingnya ke Bandung. Dan sampai dengan saat ini, jarak 100.000an kilometer sudah ditembusnya.
 
"Saya Cinta Indonesia"
Dalam obrolan yang kami lakukan, Roman berkali-kali terlihat bersemangat menceritakan keadaan penduduk, desa, dan budaya yang berada di pedalaman, yang sulit untuk dijangkau oleh kendaraan, dan kurang diperhatikan oleh pemerintah.
"Kalau kita datang sendiri kesana, pasti kita akan banyak menemui hal baru," katanya. Roman ingat, dalam perjalanannya ke Flores, ia pernah dimintai tolong oleh penduduk setempat untuk berbicara kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang keadaan daerah mereka yang sangat kekurangan. "Tiap orang asing lokal yang datang ke daerah itu pasti dijamah dengan baik karena mereka menganggap tamu adalah urat Tuhan. Daerah mereka juga sangat indah dan kaya akan tempat wisata. Sayang, belum dikelola dengan baik," ujarnya.
Lewat pengalamannya di atas sepeda, ia mempunyai misi khusus. Tak hanya menggenjot, tapi juga untuk mempelajari daerah-daerah tujuannya, mendokumentasikannya, dan mempublikasikannya ke dalam blog pribadinya, sambil berusaha untuk mencari orang yang mengerti akan kegiatannya terebut dan akhirnya  ikut mendukung.
Pulau Jawa, Bali, Lombok, sampai Nusa Tenggara sudah berhasil ia kunjungi. Hal ini membuatnya semakin kaya akan informasi. Bahkan ia menyebutkan, tak ada satupun daerah yang membuatnya bete, semuanya indah. Kecintaanya akan Indonesia lagi-lagi mendorong Roman untuk selanjutnya meneruskan perjalanan ke pulau dan propinsi lain. "Segera," kata pemuda 33 tahun ini.(nov)

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates